#18 Rindu



"Menikah itu ibadah terlama, Ra. Sepanjang hidup kita akan sama dia terus. Jangan main-main pilih suami. Pilih ia karena agama dan akhlaqnya, yang terima Ra lahir bathin," ucap ayah sambil mengelus kepalaku.

Sepoi angin malam menerbangkan hijab. Gemintang terlukis indah di langit malam.

"Ra tahu kan nak kalau 2 minggu yang lalu ketika Ra masih di Banda Aceh, ada seorang lekaki datang ke rumah meminta Ra pada ayah dan bunda?"

Aku mengangguk seraya membolak-balikkan halaman buku yang ada di tanganku.

"Jadi bagaimana jawaban Ra? Ayah lihat beliau orang yang shalih nak."

Dentuman rasa bercampur aduk di hati. 'Ayah, tapi yang datang mengkhitbah Ra bukan orang yang Ra inginkan ayah?'  Aku mengutuk diriku sendiri. 'Ra takut ayah, Ra takut jika yang ditakdirkan jadi suami Ra bukan orang yang Ra inginkan Yah' ucapku dalam hati. Aku takut, benar-benar takut/ Pipiku mulai basah.

"Ra kenapa? Ra bilang sama ayah, Nak. Atau mungkin Ra sudah punya pilihan sendiri?"

Aku menyandarkan kepala ke pundak ayah.

"A....a...ayah," panggilku terbata.

"Bilang sama ayah apapun yang Ra rasa."

"Ra takut ayah, Ra takut menikah dgn orang yg bukan pilihan hati Ra ayah. Ra takut Ayah."

"Semua sudah tertulis di Lauh Mahfudz, Nak. Terima ikhlas segala ketentuan Allah untuk hidup Ra."


#Maafkan-cerbung-rindu-yang-aneh-edisi-ini
#Author-lagi-butuh-refreshing^^
#Sekali lagi maafkan 

Komentar

Postingan Populer