#17 Rindu


#Affan

Masih adakah harapan yang kubangun?
atau ia seperti daun-daun yang berguguran?
Sekelebat siluet mu menari-nari di peraduan hati.
Nelangsa jiwaku tertikam harap yang terlanjur hampir punah.
Kau dan aku adalah dua manusia yang terjebak pada kisah yang sama.

Aku membaringkan diri di taman kampus. Daun-daun menguning, September kembali mengucap salam untukku lalu membawa musim gugur dengan daun yg berguguran seperti perasaanku ketika membaca email terakhir dari Ra. Banyak yang berlalu-lalang di rumah rumah sekarang. Aku paham bahasa ini, amat paham. 

Ra, seorang gadis yang kutemui 3 tahun lalu di Mesjid Raya Baiturrahman. Kala itu dia terduduk di bawah pohon besar di pinggir pagar sambil menyeka air matanya. Aku memperhatikannya dari jarak yang lumayan dekat saat itu. Berkali-kali ia menyeka air matanya. 

"Kau kenapa? Ada yg bisa saya bantu?" Tanyaku sambil menyelonjorkan kaki dengan jarak hanya dua langkah kaki darinya.


Dia menatapku, tak keluar sepatah kata pun darinya. Aku merasa kobong saat itu karena memberanikan diri mendekat dan bertanya padanya. Saraf-saraf di otakku berdebat, memikirkan kata yang tepat untuknya. 

"Yuk ikut saya ke Krueng Aceh!" Kata ini keluar begitu saja dari mulut. Aku bangkit dari duduk dan berjalan meninggalkannya. Mana mau dia ke Krueng Aceh siang panas gini, Fan. Aku mengutuk diriku sendiri dengan pernyataan tak berguna itu. 

Komentar

Postingan Populer