Puisi: Seulanga

Senja menjemput purnama
Ketika aroma melati menelusuk hidung
Pada purna yang satu kutanyakan
keberadaan Seulangaku yang hilang ditikam waktu

Seulanga,
Pada pilu yang menganga
kertas menjelma jadi sandaran
ketika bilur asa hendak kuurai padamu
seketika langit padam
Diam. Terpaku disudut waktu.

Seulanga, 
Halte ini tempat yang kita janjikan dulu untuk bertemu
Lalu dimanakah kau?
Bukankah waktu itu sudah tiba?
Aromamu Seulanga, sungguh!
Menenggelamkan puing-puing asa kita

Penaku telah lelah, Seulanga
Setiap hari ia kutuntut untuk menulis deret memori kita
Ia bosan, Ia marah padaku.
Karena aku masih hidup dalam bayang-bayang Seulangaku
yang tak pernah kutahu keberadaannya sejak lima tahun silam.

Banda Aceh, 25 Januari 2016
Salam hangat,

Mira Randikal

Komentar

Postingan Populer