Deminya

Asaku tinggi melanglang
Batas tak lagi kupedulikan
Jurang terjal nan dalam pun rela kulewati
Sampai di titik ini tak pernah ia kugenggam
Kini, deminya
kurela menggenggam buah berduri
Tak peduli meski darah tumpah ruah
Malam, tak lagi jadi santapan sedap
Pagi, tak lagi jadi waktu penenang
Siang, tak lagi cerah
Bahkan meski senja selalu menyadarkanku,
aku tetap tak peduli
Kini, deminya
Sungai yang curam pun ikhlas kulalui
Laut yang luas pun ikhlas kusebrangi
Apalagi?
Semua deminya
Tak ada yang mampu melenyapkannya
Allah, sampai kapan pun akan tetap bersamaku selama aku rela deminya
Banda Aceh, 11 September 2015
Salam hangat,
MR (Mira Randikal)

Komentar

Postingan Populer