I am a teacher?

Menjadi guru? Jujur saja saya tak pernah bermimpi menjadi guru, saya hanya bermimpi menjadi seorang penulis dan menjadi relawan kemanusiaan. Tetapi, takdir yang saya terima kini justru berbalik, saya menjadi seorang guru dan cita-cita itu mulai tertanam  dalam diri saya ingin menjadikan generasi bangsa berakhlaqul karimah, pintar dan produktif.

Saya mulai menyenangi dunia anak-anak kini, bukan anak-anak tepatnya, tetapi remaja tanggung yang sedang mengalami masa pubertas pertama. Di posisi seperti ini sangat dibutuhkan kesabaran luar biasa menghadapi mereka. Benar kata orangtua "Semakin mendekati kiamat, akhlaq para generasi semakin meutuwah*". Saya sangat paham dengan istilah ini, saya mencoba memposisikan diri menjadi guru dan teman untuk mereka. Ya, begitulah cara mendidik remaja, kita tak cukup menjadi guru mereka, kita juga harus menjadi tempat mereka berbagi.

Terkadang, tak jarang emosi saya naik melihat tingkah mereka, namun di satu sisi saya harus bersabar. Saya rajin membaca artikel cara Rasulullah saw mendidik, untuk saya jadikan sebagai pedoman. Saya sangat setuju dengan kata-kata guru saya "Hati yang keras akan lunak bila disentuh dengan hati (baca: kelembutan)." So, sampai sekarang saya masih terus belajar menyentuh mereka dengan hati.

Saya ingat guru saya pernah berkata kurang lebih seperti ini "Guru itu juga psikolog nomor 1", saya sangat setuju dengan pendapat ini sekarang. Saya bisa merasakan sekarang, entahlah, saya juga sering bingung kenapa saya bisa mengetahui isi hati dan pikiran mereka, tetapi itulah guru, ialah psikolog nomor 1. Ia tahu mana yang benar-benar menghargai atau yang hanya akting belaka. Sekarang saya mulai menyadari apa yang dirasakan oleh guru-guru saya dulunya.

"Ketika kau menjadi guru, seketika itupun kau ingin lebih menghargai gurumu. Ketika kau menjadi orangtua, seketika itupun kau ingin lebih menghargai orangtuamu."

So, menjadi guru itu tetap keren dan kece kok :)

Blangpidie, 23 Maret 2015
Salam hangat,

MR

Komentar

Postingan Populer