Cerbung "Dalam Bingkisan Doa" #1

NOTE: "Cerbung ini di muat di TUSA NEWS edisi 2 Maret 2015
         
          Langit malam cerah, bintang turut meramaikan. Kesunyian malam terasa begitu syahdu, menjadi teman bagi mereka yang menghabiskan sepertiga malamnya untuk bermunajah pada Sang Ilahi. Aku bersimpuh dihadapan Rabbul’alamiin, memohon agar dimudahkan atas perkara dunia yang tak mampu kuselesaikan. Bayang asa-asa yang telah lama terkubur kembali berkelebat. Menyiksa. Mimpi yang terbelenggu oleh keadaan.
         
          Akhir-akhir ini perkara dunia memintaku untuk segera menyelesaikannya, aku tak tau apakah aku akan kuat tanpa bantuan-Nya. Malam-malamku kini penuh santapan tangis. Saat diri berusaha beradaptasi dengan keadaan.
       
        Setelah mengakhiri percakapanku dengan-Nya, aku duduk di meja belajar, kuhidupkan laptopku, lalu mataku kembali memandang dinding kamar yang dihiasi tulisan warna-warni. 5 huruf. Sesuatu yang membuat rasa rinduku sampai level tertinggi saat ini, sesuatu yang kugilai sejak dulu.
       
       Bulir-bulir bening kembali berkejar-kejaran di pipiku, melambangkan kepiluan hati. Ingatan akan mimpi-mimpi itu telah mengoyakkan hatiku. Sekali lagi dadaku sesak. Kutarik dalam-dalam nafas, lalu pelan kulepaskan.
“Aku harus kuat” bisikku menguatkan hati.
“Astaghfirullaaaahh .....” lirihku panjang.
 
         Kuselonjorkan kakiku di atas kursi, berusaha melepas kepenatan hati. Jarum jam terus memamerkan suara indah dentingannya dari detik ke detik, tak pernah alpa sekalipun. Aku lalu membuka media sosial yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg, orang-orang menyebutnya Facebook. Sebuah titik hijau menyala muncul disamping nama akun sosial seseorang. Aku iseng menyapanya. Bercerita banyak hal, sekolah, organisasi, masa kecil. Aku sungguh iri padanya, mimpi kami yang sama telah ia rengkuh, sedangkan aku? Kakiku terlalu setia pada tanah ini, hingga enggan menginjak tanah lain.
 
       Sesekali aku melirik jam, pukul 02.30 WIB. Aku masih menunggu balasannya. Dia kini menuntut ilmu di tempat yang aku impikan, salah satu boarding school ternama di kota provinsi. Laptopku kembali mengeluarkan suara, aku membaca dan membalas pesannya.
 
        Pembahasan tentang sesuatu yang membuat kepalaku pusing dibahas lagi olehnya. Aku mendesah panjang. Menormalkan kembali otakku. Suara laptopku kembali berbunyi, berkali-kali, 3 pesan darinya. Aku membuka chat kami. Kabel-kabel di otakku kembali tak normal.
 
       Aku melawan hati dan tanganku untuk tak membalas pesannya. Hatiku protes. Remukannya begitu terasa menyakitkan
To be continue ... :) 


Salam hangat,

Mira Randikal :)

Komentar

  1. sungguh bagus nan indah
    maaf kalau boleh tau apa itu yg trjdi dalam diri ukhti skrng ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih telah membaca tulisan saya :)
      Alhamdulillah, saya baik-baik saja. Ini hanya cerita fiksi.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer