#1

         Sudah 2 hari ini, udara dingin memeluk tubuhku, mencengkeram erat kedua kakiku. Flu yang kuderita sejak seminggu terakhir masih ingin terus berlama-lama denganku. Panas badanku hari ini tak bisa kutahan, menyerang tubuh yang kurang istirahat ini.
        
         Aku mengalah pada keadaan tubuh hari ini, kupinjam jacket teman untuk sekedar menghangatkan tubuh. "Bagaimana kau akan ke Turky kalau keadaanmu begini? Musim salju mungkin akan kau lewati dengan berlemas di kamar" Ucap Rilma.
      
       Aku tertawa menanggapi guyonannya. Santai aku membalas "Akan kubawa api unggun kemanapun kupergi nanti jika disana"
       
       Rilma menimpaliku dengan tumpukan kertas yang ia pegang. Rasa penasaranku kembali kambuh, aku lalu menarik tumpukan kertas itu.
"Hei, kertas apa ini?" kataku
      
      Rilma menyergap tanganku, menarik kumpulan kertasnya. Sekilas aku membaca deret huruf di kertas itu.
"Wah, Rilma selamat, akhirnya kau bisa melanjutkan study ke Negeri Singa itu" Kataku memeluknya.
      
     Wajah Rilma bersemu merah seketika, dia menahan tawanya. Aura bahagia terpancar diwajahnya. Ah, meskipun hati sedang dilandak kehangatan bahagia, dingin tetap saja enggan beranjak dari tubuhku.
     
      Benda hitam berbentuk persegi panjang yang canggih di abad ke 21 milikku bergetar. Aku lalu membaca pesan.
"Kau jangan lupa sarapan, siang ini kau ada acara bedah novel perdanamu kan?" 
      
     Aku tersenyum membaca pesannya. Lalu mengetikkan beberapa kata untuk membalas pesannya.
"Iya adikku, terimakasih telah mengingatkan kakakmu"




Komentar

Postingan Populer